About Me

“Untuk mendapatkan yang lebih baik, kita perlu berkorban. Kadang perasaan, kadang waktu bersenang-senang dengan teman-teman, dan kadang menyendiri. Prestasi itu adalah nilai lebih yang dimiliki seseorang karena dia tidak diundang dan tidak dibuat tapi diusahakan dan disemangati. Dia harus dipupuk sedari awal dan butuh keringat hanya tidak sedikit serta dukungan yang tulus dari hati orang-orang yang tercinta. Prestasi adalah hadiah terbaik untuk diri sendiri, orang tua dan teman-teman yang mendukung kita. Keberhasilan hanya untuk orang yang inovatif dan gigih, bukan untuk orang yang hanya mengikuti apa yang dilakukan orang sebelumnya”.

RIWAYAT HIDUP SING GAWE BLOG

Teguh Prasetyo Handiri lahir di Bekasi, 12 Juli 1989. Menghabiskan masa kecil iyik-iyik di daerah Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Bapak dan Simbok nyari uang di sekitaran daerah Bekasi sebagai PNS. Sekian lama waktu berjalan, ada prahara yang menimpa keluarga kecil kami sehingga harus membuat kami terpisah satu sama lain (jarene wong gaul, iku arane broken home). Saat prahara datang, aku di asuh sama bapak hingga umurku beranjak katakanlah 5 tahunan lah. Berhubung bapak sibuk kerja, dan aku kurang mendapatkan perhatian yang layak dari orang tua, akhirnya bapak memutuskan untuk memindahkanku ke tempat simbah di DIY.

Singkat cerita, kumulai merajut kehidupan bersama keluarga baru di rumah simbah. Rumah simbah bisa dikatakan jauh dari peradaban dan glamournya kehidupan kota, bagaimana tidak untuk akses menuju kota terdekat saja sejauh 25 KM, itu aja cuma kota kabupaten, apalagi ke kota Yogyakarta harus menempuh 2,5 jam perjalanan. Mungkin udah nasib nenek moyang dulu dapet tanah di daerah begituan ya….Rumah simbah ada di dusun Geblug, Desa Kenteng, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, tepatnya menuju arah timur dari pusat kota Yogyakarta.

SMP 2 Ponjong adalah tempat dimana aku menimba ilmu di sekolah menengah pertama. Bisa dikatakan perjuangan yang cukup berat kala itu. Bermodalkan kaki yang lumayan kuat, aku jalan kaki menuju sekolah itu tiap pagi dan sore, ya ga jauh sih mungkin kalo orang belum ngerasain, hanya 3 KM kok. Hari-hari terlewati, bapak berbaik hati untuk membelikanku sepeda onthel, mulai dari situ aku bisa sedikit bernafas lega karena bisa ke sekolah dengan sepeda baru. Melihat begitu berat sekolah kala itu, aku tak sia-siakan waktuku. Jauh dari orang tua dan jauh dari sekolah tentunya, membuatku terpacu untuk belajar yang tekun. Alhamdulillah nilaiku tak pernah mengecewakan keluar simbah dan Bapak tentunya, ranking di kelaspun tak pernah luput dari 10 besar di kelas.

Terus, terus, dan terus berjalan…..tak terasa pun aku sudah mengijak dan mengenal dunia SMA. Berbeda jauh dengan suasana sekolah di desa. Kala itu aku SMA di salah satu SMA negeri terkemuka dan favorit di Kabupaten Wonosari. Ya, jika anda orang Wonosari pasti kenal dengan Ketenaran SMAN 2 Wonosari. Jauhnya kala SMP belum berarti jika dibandingkan jauhnya saat SMA. Dari rumah menuju SMA bukan jarak yang dekat menurutku, 25 KM cuy !!! Tak terlintas lagi pikiran untuk jalan kaki atau naik sepeda seperti dulu lagi..yaiyalah daripada kaki gua gempor bisa berabe malahan. Akhirnya aku putuskan untuk kost di dekat sekolah (Sampinge kang Manyoel..hahayyy). Namun ga berlangsung lama, karena aku merasa kurang nyaman maka aku putuskan lagi untuk pergi pulang-balik dari rumah ke sekolah dengan naik bis.

Pagi-pagi buta temen-temen masih pada tidur, sementara aku udah berjalan kaki sejauh 2 KM untuk mendapat angkutan anak sekolah terdekat dan itupun hanya ada 1, kalo sampe ketinggalan ya mampus sudah…kagak sekolah!! Namun bermodalkan tekat yang keras, tak pandang itu dingin pagi buta dan hujan badai akupun berjalan kaki tiap pagi untuk merengkuh angan dan asa-ku. Berangkat sudah penuh dengan perjuangan, namun jangan dikira pulang dari sekolahpun malah enak. Dari sekolah aku naik bis 1 jam perjalanan menuju tempat terdekat dengan rumah simbah (5 KM dari rumah simbah), yaitu daerah Ponjong. Belum berhenti disana, aku masih mikir gimana caranya agar bisa nyampe rumah (jangan loe pikir ada angkot ke rumah simbah). Rumah mbak Nanik adalah rumah yang akan ku kenang sepanjang waktuku, disana aku sering singgah untuk menunggu belas kasihan para pengendara motor yang sudi berbaik hati memberiku tumpangan hingga ke rumah. Tapi jangan kalian pikir motorpun gampang, kadang hanya 1-3 motor yg lewat setelah tunggu ber jam-jam. Jika kepepet ga dapet tumpangan motor, rela dah aku numpang truk yg ngangkut batu-batu kapur (Kebetulan daerahku banyak tambang batu kapur). Putih karena kapur, dekil karena asap truk, dan kecut karena peluh yang sekian kali menetes ku anggap hanya angin lalu dan bukan ku buat alasan untuk aku putus asa..

Hampir 3 tahun kujalani SMA ku bergelut dengan hal seperti itu. Kasarannya, bisa dibilang aku ga mikir pelajaran apa besok tapi aku mikir telat ga besok dan pulangnya besok dapet tumpangan atau kagak?? Kuakui saat sekolah aku kalah bersaing dengan temen-temenku di SMA terutama dalam hal materi. Kandang sering terlintas dalam benak, ada rasa iri yang bergelayut dan terus menghantui. Tapi aku inget, bapak di Kota kerja keras membanting tulang untuk menghidupiku di sini. Kenyataan-kenyataan hidup itulah yang terus membuat aku bangkit dan terus bersemangat untuk menggapai cita. Alhamdulillah menjelang ujian nasional, bapak membelikanku sepeda motor, yah walau hanya setengah pakai kurasa amat berguna untuk menunjang sekolahku, minim aku ga merasa capek lagi karena jalan kaki setiap pagi. Singkat cerita, alhamdulillah lagi aku lulus ujian nasional walau dengan nilai yang mungkin pas-pasan.

Terus kurajut asa agar cita-citaku dapet tercapai. Tak terlalu muluk apa yang aku cita-citakan, minimal aku bisa hidup berkecukupan dan bisa membuat bahagia bapak terutama dan orang-orang yg menyayangi aku pada umumnya. Kumulai mencari perguruan tinggi di Yogyakarta. Siapapun itu pasti memiliki harapan untuk kuliah di perguruan tinggi negeri apalagi di Yogyakarta yang dikenal sebagai kota Pelajar. Langsung bisa diterka bin ditebak aku berkeinginan untuk kuliah di Universitas Gajah Mada. Tanpa dibekali dengan les dan dana yang cukup aku coba merengkuh asa agar bisa masuk dan menjadi salah satu mahasiswa universitas tersebut. Namun apa mau dikata, mungkin benar uang mengalahkan segalanya atau mungkin memang aku yang bodoh?? Akupun gagal dan tidak diterima…..Belum pupus harapan, akupun mencoba untuk daftar di salah satu sekolah tinggi kedinasan di Yogyakarta. Kali ini benar-benar uang yang berbicara, aku yang hanya bermodalkan badan kurus kerempeng tanpa “nyogok uang”, akhirnya kandas jua..Putus Asa?? Ya…aku putus asa kala itu..tak terlintas lagi ada keinginan untuk kuliah. Inget lagi dengan jerih payah bapak mencari uang di tengah kerasnya kota Metropolitan, akupun bangkit.  Alhamdulilah aku masih bisa daftar di universitas swasta terkemuka di Yogya dan akhirnya diterima..Alhamdulilah akupun bisa survive dan terus bangkit untuk merengkuh segala sesuatu yang aku cita-citakan.

Pesan saya : Jangan pernah mengeluh atas segala keadaan yang kamu hadapi…Tetap semangat dan yakin pasti akan ada keindahan dari semua masalah yang kamu hadapi. Putus asa bukanlah jalan hidup yang tepat, putus asa tidak akan pernah menyelesaikan suatu masalah, tetap berpikiran positif dan jalani apa yang ada serta selalu berusaha tuk menjadi yang terbaik. Rintangan dalam hidup sudah biasa tapi usaha untuk mencapai hidup yang lebih baik adalah hal yang luar biasa….keep Moving n Keep Spirit for your dream…

3 Komentar

  1. sie_itavjster said,

    i like it..
    🙂

  2. sie_itavjster said,

    iyeee ..
    u r welcome. 🙂

Tinggalkan komentar